Baca Juga

Kamis, 27 Januari 2011

Dasyatnya Letusan Gunung Toba

Jika melihat Danau Toba dengan Pulau Samosir di tengahnya itu, siapa yang menyangka bahwa keindahan itu dihasilkan dari letusan Gunung Toba ribuan tahun yang lalu?

Diperkirakan telah 74 ribu tahun berlalu sejak Gunung Toba terakhir meletus, menimbulkan malapetaka dahsyat dan meledakkan badannya sehingga menciptakan kaldera sepanjang 100 kilometer dengan luas 30 kilometer.

Adalah Reinout Willem van Bemmelen, geolog Belanda yang pertama kali mencetuskan teori letusan itu saat melakukan penelitian di Danau Toba pada 1939. Ia terkejut menemukan fakta bahwa Danau Toba dikelilingi material batu apung yang ditinggalkan oleh letusan gunung.

Dalam penelitiannya selama bertahun-tahun, Van Bemmelen menemukan lapisan ignimbrite di seluruh permukaan batu danau. Lapisan tersebut berupa batuan vulkanik berbentuk debu dan material vulkanik lain yang mengandung senyawa feldspar-kuarsa. Senyawa ini hanya dihasilkan oleh gunung api.

Teori Van Bemmelen semula kontroversial dan amat sulit dipercaya. Namun, temuannya merangsang penelitian lebih lanjut para geolog di seluruh dunia. Penelitian diarahkan pada debu riolit dan batuan apung.

Hasilnya menakjubkan: ditemukan material halus dengan komposisimenyerupai granit itu pada material sedimen yang diambil dari dasar Teluk Benggala. Menyusul kemudian ditemukannya debu riolit yang seusia dengan batuan Toba, terletak jauh di Malaysia dan India.

Teori Lempeng Tektonik

Danau Toba yang semula berupa gunung api, bersesuaian dengan teori mengenai lempeng tektonik dunia. Tiga lempeng tektonik bertemu di wilayah Indonesia dan telah dimengerti potensi bencananya. Tiga lempeng itu adalah lempeng Eurasia, lempeng Indo-Australia, dan Lempeng Pasifik.

Lempeng-lempeng tersebut terus bergerak sepanjang waktu dengankecepatan yang tidak terdeteksi mata kasat. Lempeng Indo-Australia mendesak lempeng Eurasia dengan kecepatan 7 sentimeter per tahun dengan gerakan konstan. Sedangkan lempeng Pasifik mendesak lempeng Eurasia secara relatif, mencapai kecepatan 11 sentimeter per tahun.

Tumbukan lempeng tersebut menimbulkan fenomena subduksi, atau penyusupan lapisan sedimen ke bawah lempeng benua, dan memunculkan rangkaian gunung api, membentuk cincin dengan potensi ledakan dahsyat dan nyaris tidak terprediksi. Gunung Toba adalah salah satu bentuk reaksi subduksi.

Raksasa Supervolcano

Gunung Toba dikelompokkan ke dalam gunung api jenis Supervolcano. Jenis ini sangat jarang ditemukan di dunia. Supervolcano memiliki kantung magma yang sangat besar dan luas, sehingga letusannya menghasilkan kaldera luas pula.

Penelitian ilmiah tentang Gunung Toba terus berlangsung hingga saat ini, untuk menggambarkan dengan jelas mengenai raksasa mengerikan yang tengah tertidur pulas di tengah Pulau Sumatra itu.

Jika sebelumnya hanya disebutkan sebuah teori ledakan dahsyat pada 74 ributahun silam, penelitian terbaru mengetengahkan kemungkinan berdasarkan fakta-fakta geologis bahwa Gunung Toba pernah beberapa kali meletus, sedikitnya tiga kali.

Ledakan pertama diperkirakan berlangsung 840 ribu tahun silam, dan ledakan terakhir seperti disebutkan di atas. Ledakan terakhir adalah yang paling dahsyat bukan saja melontarkan seluruh badan gunung ke udara, bahkan menciptakan kaldera luas dan menjadi danau dengan sisa sedikit pulau yang mencuat di tengahnya, itulah Pulau Samosir.

Letusan Megakolosal

Pada letusan terakhirnya, diperkirakan Gunung Toba meletus selama 9-14 hari berturut-turut. Material vulkanik yang dimuntahkan mencapai 2.800 km kubik, termasuk debu vulkanik beracun dengan tingkat sangat asam dan berberlerang sangat tinggi.

Material vulkanik terlontar menyobek atmosfer hingga ketinggian 37 kilometer. Lalu, menyebar ke seluruh penjuru dan mengakibatkan kegelapan total selama beminggu-minggu. Bahkan, lapisan debu yang tersimpan di awan menyebabkan dunia remang-remang selama hampir 10 tahun karena sinar matahari tidak sempurna mencapai bumi.

Malapetaka yang ditimbulkan nyaris tak terbayangkan. Kehidupan di sekitar Toba nyaris musnah. Manusia dan binatang tak mampu bertahan dari gempuran lava. Tumbuh-tumbuhan tak mampu berfotosintesis karena matahari menghilang dari langit. Suhu bumi menyusut 1-5⁰ C selama beberapa tahun.

Letusan itu mengakibatkan perubahan iklim global. Suhu bumi menurun drastis dan dunia menggigil mengakibatkan kematian yang tak terbayangkan. Ekosistem di bumi pun berubah. Belerang asam meracuni air tawar dan memusnahkan padang rumput. Populasi manusia berkurang drastis.

Toba Sekarang

Raksasa Toba rupanya hanya bangun sesaat dan kemudian kembali ke tidurnya yang lelap. Gunung api itu tidak mati. Masih ada jejak-jejak kehidupannya yang dideteksi dari titik mata air panas di kawasan Pusukbukit, di bagian barat Danau Toba.

Pusukbukit diyakini merupakan bagian dari Gunung Toba. Bentuknya serupa kerucut kecil vulkanik, dan mendapatkan magma dari dapur magma yang terbenam 50 km di bawah permukaan tanah.

Berdasarkan penelitian, Pulau Samosir mengalami kenaikan gradual dengan munculnya lapisan-lapisan sedimen. Kenaikan ini memberi indikasi adanya proses pengisian magma dari dapur magma sehingga mengangkat Pulau Samosir secara perlahan-lahan.

Jadi, apakah Gunung Toba akan bangun kembali? Sangat mungkin! Tapi, melihat prosesnya, hal itu baru akan terjadi dalam waktu yang sangat lama. Para geolog memperkirakan letusan Toba baru akan terjadi sekitar 400 ribu – 600 ribu tahun lagi. Memang tak perlu dikhawatirkan di masa sekarang, tapi setidaknya harus tetap waspada.

 

Sumber : Berbagai Sumber